DALAM menjalani aktivitas kehidupan begitu banyak orang yang kita temukan terjebak sikap putus asa. Mereka sepertinya memandang dunia ini sebegitu sempit. Ketika apa yang hendak dia capai selalu kandas, dia pun mem-vonis hidupnya telah gagal. Pilihan berikutnya bisa jadi mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Tetapi, tak sedikit pula yang kehilangan akal sehat, lalu bertindak kasar dan brutal.
Jika orang yang berputusasa memilih bunuh diri, mungkin persoalan dengan orang itu telah selesai. Permasalahan justru bisa runyam ketika banyak orang frustrasi memilih bertindak brutal. Ada yang banting stir jadi garong dengan beragam modus, mengacam tatanan yang sedang berjalan atau malah menggerakkan kerusuhan secara luas.
Bisa dipastikan, orang-orang yang keluar dari jalur atau cara-cara yang lazim dalam melakoni hidup umumnya dilatari oleh aneka kesulitan yang mereka alami. Selain kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidup atau keinginan yang tak berbatas, tak sedikit orang yang menjadi frustrasi akibat kesulitan mewujudkan kepentingan; biasanya terhadap oleh perbedaan basis atau pandangan politik. Mereka pun melawan pemerintahan yang sedang berkuasa dengan mengerahkan aksi massa.
Cara-cara melakukan pengerahan pun beragam pula. Bisa dengan cara menebar provokasi yang intinya menyangkut hajat dasar orang banyak, akan tetapi yang paling mudah justru dengan memberikan pembayaran berupa uang plus fasilitas untuk melakukan aksi demonstrasi. Rakyat tertentu yang sedang tak punya aktivitas menghasilkan tentu akan menyambut baik ajakan berbayar itu.
Intinya, banyak orang yang kehilangan akal sehat akibat kebodohannya cendrung terjerumus ke jurang putus-asa kemudian memilih cara-cara tidak logis dan tidak etis dalam melabuhkan hasrat nafsunya. Mereka menjadi tidak sabar akibat kemampuan intelektualnya rendah dalam meyakinkan dan mempengaruhi pihak-pihak berkompeten yang menghalangi kepentingannya.
Padahal, kalau saja orang-orang seperti itu mau membaca, memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, ia akan menemukan banyak celah solusi untuk mengatasi persoalan hidup yang dia hadapi. Sayangnya, terlalu banyak orang yang salah beranggapan, yang mengira keseluruhan isi ayat Al-Qur’an hanya berupa peringatan dengan acaman azab neraka jahannam terhadap orang-orang yang berdosa.
Tidak! Sekali-kali tidak! Al-Qur’an juga berisi petunjuk dan penyejuk kepada jiwa dan pikiran manusia agar bisa menjalani kehidupan di dunia dengan lebih baik. Maka, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Surah A Lam Nasyrah [94] ayat 5 – 6).
Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT melalui wahyu dengan mengutus Malaikat Jibril as kepada Rasulullah Muhammad SAW juga memuat tentang anjuran senantiasa berbuat baik terhadap sesama manusia dan alam. Sayangnya, insan yang diberi Allah SWT berupa akal dan pikiran cendrung melakukan dan berbuat kerusakan. Pebukitan yang semestinya dijaga kelestarian tanaman keras di atasnya justru digunduli untuk memenuhi nafsu ekonomi manusia-manusia serakah. Akibatnya, bencana demi bencana pun melanda di mana-mana.
Padahal, kalau saja mereka bersabar (QS Ya Sin 87) dan senantiasa bersyukur (QS Ibrahim 7), Tuhan telah menjamin kesinambungan hidup makhlukNya dengan menjamin kecukupan kebutuhan mereka. Sebab, pada dasarnya, Tuhan Yang Maha Jelimet lagi Maha Menghitung sesungguhnya sudah menciptakan alam beserta isinmya secara sangat berimbang.
Jika orang yang berputusasa memilih bunuh diri, mungkin persoalan dengan orang itu telah selesai. Permasalahan justru bisa runyam ketika banyak orang frustrasi memilih bertindak brutal. Ada yang banting stir jadi garong dengan beragam modus, mengacam tatanan yang sedang berjalan atau malah menggerakkan kerusuhan secara luas.
Bisa dipastikan, orang-orang yang keluar dari jalur atau cara-cara yang lazim dalam melakoni hidup umumnya dilatari oleh aneka kesulitan yang mereka alami. Selain kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidup atau keinginan yang tak berbatas, tak sedikit orang yang menjadi frustrasi akibat kesulitan mewujudkan kepentingan; biasanya terhadap oleh perbedaan basis atau pandangan politik. Mereka pun melawan pemerintahan yang sedang berkuasa dengan mengerahkan aksi massa.
Cara-cara melakukan pengerahan pun beragam pula. Bisa dengan cara menebar provokasi yang intinya menyangkut hajat dasar orang banyak, akan tetapi yang paling mudah justru dengan memberikan pembayaran berupa uang plus fasilitas untuk melakukan aksi demonstrasi. Rakyat tertentu yang sedang tak punya aktivitas menghasilkan tentu akan menyambut baik ajakan berbayar itu.
Intinya, banyak orang yang kehilangan akal sehat akibat kebodohannya cendrung terjerumus ke jurang putus-asa kemudian memilih cara-cara tidak logis dan tidak etis dalam melabuhkan hasrat nafsunya. Mereka menjadi tidak sabar akibat kemampuan intelektualnya rendah dalam meyakinkan dan mempengaruhi pihak-pihak berkompeten yang menghalangi kepentingannya.
Padahal, kalau saja orang-orang seperti itu mau membaca, memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, ia akan menemukan banyak celah solusi untuk mengatasi persoalan hidup yang dia hadapi. Sayangnya, terlalu banyak orang yang salah beranggapan, yang mengira keseluruhan isi ayat Al-Qur’an hanya berupa peringatan dengan acaman azab neraka jahannam terhadap orang-orang yang berdosa.
Tidak! Sekali-kali tidak! Al-Qur’an juga berisi petunjuk dan penyejuk kepada jiwa dan pikiran manusia agar bisa menjalani kehidupan di dunia dengan lebih baik. Maka, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Surah A Lam Nasyrah [94] ayat 5 – 6).
Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT melalui wahyu dengan mengutus Malaikat Jibril as kepada Rasulullah Muhammad SAW juga memuat tentang anjuran senantiasa berbuat baik terhadap sesama manusia dan alam. Sayangnya, insan yang diberi Allah SWT berupa akal dan pikiran cendrung melakukan dan berbuat kerusakan. Pebukitan yang semestinya dijaga kelestarian tanaman keras di atasnya justru digunduli untuk memenuhi nafsu ekonomi manusia-manusia serakah. Akibatnya, bencana demi bencana pun melanda di mana-mana.
Padahal, kalau saja mereka bersabar (QS Ya Sin 87) dan senantiasa bersyukur (QS Ibrahim 7), Tuhan telah menjamin kesinambungan hidup makhlukNya dengan menjamin kecukupan kebutuhan mereka. Sebab, pada dasarnya, Tuhan Yang Maha Jelimet lagi Maha Menghitung sesungguhnya sudah menciptakan alam beserta isinmya secara sangat berimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar