Hari itu adalah hari yang sulit bagi Syarik bin Abdillah An-Nakho'i. Beliau ahli ilmu yang terkenal dengan kezuhudannya yang hidup pada abad ke dua Hijriah. Karena hari itu ia dihadapkan pada tiga pilihan dari Khalifah Al-Mahdi, Khalifah Abdsiyah ketika itu. Pilihannya, bersedia menjadi hakim, bersedia mengajar privat anak-anak khalifah atau bersedia mendatangi jamuan makan di istana. Padahal beliau sebelum ini perah ditawari untuk menjadi hakim dan mengajar privat anak-anak khalifah dan sudah beliau tolak. Ketika tawaran kedua ini sudah satanag, maka beliau berfikir sederhana.
Syarik memilih untuk mendatangi jamuan makan di istana. Dia pikir itulah pilihan yang mempunyai resiko terkecil. Akhirnya Syarik datang. Jamuan makanan telah tersedia di meja hidangan. Segala bentuk makanan lezat berikut minumannya sudah siap disantap. seorang juru masak sempat berseloroh, "Syarik tidak akan selamat setelah jamuan ini."
Ternyata apa yang diperkirakan juru masak itu benar. setelah santapan selesai, dia dikukuhkan langsung di istana sebagai hakim dan pengajar privat anak-anak khalifah. Syarik tidak berdaya untuk menolaknya. Dan gaji dari baitul mal juga sudah disiapkan untuknya.
Syarik menyesal keterlanjuran pilihannya yang salah itu sekian lama. Sampai ketika dia sudah melaksanakan tugasnya sekali pun, penyesalan tidak pernah hilang. Seperti yang dia ungkapan kepada pegawai baitul mal yang sedang menghibur penyesalannya itu. Syarik justru berkata, " Aku telah menjual semua agamaku." Tapi mau apa lagi, susu yang tumpah ke tanah tak mungkin diambil lagi.
Sebenarnya apa yang dilakukan Syarik bukanlah dosa. Juga bukan merupakan aib hidup. apalagi tugas mahkamah yang penting itu harus dipegang oleh orang berilmu dan zuhud seperti dia agar keadilan tegak diatas bumi. Tetapi dengan kezuhudannya, Syarik lebih memimilih untuk hidup jauh dari penguasa yang penuh dengan syubhat dan dekat pada kedzaliman. Dia lebih memilih ilmu dan ibadah.
Pilihan-pilihan hidup kita, kita lah penentunya. Pertimbangan matang setelah berpikir dan bertanya merupakan sebuah upaya agar tidak ada penyesalan di belakang hari. Seperti yang dirasakan Syarik.
Kita bisa kurang pertimbangan atau salah pilih dalam memilih sekolah, jurusan kuliah, tempat tinggal, teman, jodoh, atau pihan-pilihan hidup kita yang lain. Untu itulah salah pertimbangan dan perhitungan bisa menyebabkan kita berkata terlajur. maka sebelum terlanjur, pikirkanlah masak-masaka dan timbanglah dalam-dalam.
SUMBER :TARBAWI/EDISI 66/ 21 AGUSTUS 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar