Label

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Minggu, 03 April 2011

TERIMALAH, TIDAK ADA PERISTIWA TAMPA MAKNA

Sumber : Tarbawi Edisi 66 / 21 Agustus 2003
               
                Terimalah. Karena melawan pun terkadang hanya menguras tenaga tampa makna. Bukan berarti kita tidak boleh berjuang mendapat harapan pertama kita. Tetapi kini sudah terjadi. Keterlanjuran ada yang sudah tidak mungkin dibenahi lagi. Kata menerima akan membantu kita mendapatkan ketenangan. Menjauhkan kegelisahan yang tidak ada habisnya.
                Seorang perempuan dari suku terhormat Mekkah mencuri. Tentunya ini menjadi aib besar yang menodai kebesaran dan kebaikan suku itu. Masalah ini disampaikan kepada Rasulullah.  Rasulullah mengatakan bahwa perempuan itu harus dipotong tangannya. Karena ia telah dengan sah terbukti mencuri jumlah harta yang sudah harus membuat tangannya dipotong. Ini keputusan yang sudah dibayangkan oleh para sahabat yang mengadukan masalah ini.
                Setelah itu, terjadilah suara-suara di kalangan mereka untuk meminta keringanan hukuman untuk perempuan itu. Maka dipilihlah orang yang terdekat dan dicintai Nabi untuk memintakan keringanan hukuman. Usamah bin Zaid putra dari putra angkat Nabi. Dialah yang dipilih untuk menyampaikan keinginan mereka. Usamah pun pergi menghadapi Nabi.
                Ternyata Nabi tetap pada keputusannya dan berkata, “Tidakkah permasalahan kalian ini, kalian selesaikan sendiri sesame kalian, sebelum masalahnya sampai padaku.”
                Terlanjur masalah sampai kepada Rasulullah sebagai hakim. Ketika masalah sudah sampai kepada hakim, tidak ada lagi kata dicabut. Maka dari itu Nabi mengingatkan, mengapa masalah ini tidak diselesaikan secara damai saja sebelum sampai kepada hakim.
                Apa dikata kasus sudh masuk pengadilan. Dan vonis harus dijalankan. Walaupun dia perempuan trhormat, tidak ada perbedaan dalam hokum Islam. Semua tingkatkan social sama di mata Allah. Perempuan itu harus menerima untuk dipotong yangannya.
                Begitu pula masalah dalam hidup kita. Ada kalanya tidak mungkin lagi benang jalan hidup ditarik ke belakang. Yang ada adalah menerima yang ada dengan kelapangan jiwa dan kebesaran hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar