Sumber : Tarbawi Edisi 55 / 21 Agustus 2003
Ibnu Qoyyim berkata, “Kegelisahan hati disebabkan dua hal. Sebab pertama kesedihan terhadap hal yang terlanjur terjadi. Dan sebab kedua kegundahan dalam memprediksi masa depan. Keduanya adalah kelemahan. Yang terlanjur tidak hilang hanya dengan sedih. Tetapi harus disikapi dengan rela, banyak memuji, sabar, iman kepada taqdir dan ucapkan, apa yang dikendakinya_nya pasti terjadi.”
Kajian Ibnu Qoyyim selalu mendalam. Dalam menyikapi keterlanjuran, salah satu sikap yang tepat adalah mengucapkan , apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi. Karena tidak ada yang keluar dari lingkaran takdir Allah. Semuanya telah tercatat sebelum penciptaan langit dan bumi.
Keterlanjuran yag kita sesali pun sudah merupakan bagian yang ditakdirkan. Maka ucapan itu merupakan bentuk dari keimana kita terhadap takdir yang merupakan pilar tak terpisahkan dari rukun Iman yang enam. Ini juga akan menentamkan hati kita sebagai seorang mukmin.
Dalam sebuah hadist Rasul yang panjang beliau melarang seseorang untuk beranda-andai. Andai saja saya berbuat begini pasti akan begitu. “Tetapi katakan, Apa yang dikendaki Allah pasti terjadi.”
Kata-kata indah ajaran Rasulullah ini, juga bisa menutup pintu syetan yang masuk melalui berandai-andai. Agar kita tidak masuk pada jebakan syetan untuk memperpanjang angan-angan, duduk diam terpaku, menyesali yang lalu dan tak mampu berbuat banyak, serta lemah dalam menyikapi tantangan di hadapan.
Keterlanjuran adalah momen hidup yang harus dijadikan bagian dari pijakan untuk sukses. Kecuali ketrlanjuran dalam kemaksiatanN yang memang harus dibongkat total dan tdak ada kompromi. Agar hidup kita semunya bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar