bertahun-tahun tak bertemu, seorang sahabat lamaku ternyata masih terlihat tak berubah. Senyumnya hangat, wajahnya mencerminkan semangat hidup luar-biasa. Hanya uban yang makin menghujan dan kemerut kulitnya yang menunjukkan usianya terus merambat menuju tua
sepuluh tahun lalu putri masih seorang. Hidup menumpang di rumah mertua. Ia bekerja serabutan, terkadang jadi b...uruh tani, terkadang buruh bangunan, terkadang menjual jasa apa saja. "Yang penting halal," cetusnya
kecuali anaknya telah menjadi dua putri dan seorang putra, nyaris tak banyak yang berubah pada sahabatku ini. Penghidupannya masih morat-marit. Jangankan untuk membangun rumah untuk isteri dan anak-anak, bisa memenuhi kebutuhan pokok saja tanpa utang-utangi baginya sudah merupakan nikmat besar
sungguh, aku benar-benar takjub. Ia tidak mengeluhkan kondisi ekonominya yang seakan tak pernah membaik. Ia seakan tak iri melihat orang-orang di sekitarnya hidup berkecukupan. Ia tak pula menadahkan tangan kepada mereka, meski orang-orang itu saudaranya sendiri
"Alhamdulillah... realita yang kudapati ini merupakan anugrah dan karunia terbaik yang dilimpahkan Allah Yang Mahakaya lagi Maha Penyayang," ujarnya ketika berbincang
Ia mengakui, derita hidup yang dihadapinya memang ia rasa begitu berat. Jangankan untuk memenuhi keinginan isteri dan anak-anak, untuk mencukupi kebutuhan mereka saja dia mengaku sering kesulitan. "Hari ini bisa makan seadanya, besok belum tentu dapat rizki dari mana...."
Sahabatku itu tak menutupi jika hatinya sering kecewa, jika sering muncul iri melihat orang lain hidup berkecukupan; ia pun tergoda agar bisa seperti mereka. "Karena itu aku berusaha hingga batas maksimal kemampuanku, sama seperti orang-orang lain berusaha. Tetapi, jika Tuhan menetapkan rizkiku sebanyak yang kuterima, aku mau bagaimana?"
setelah segala usaha, ibadah, amal shalih, berdoa tiada henti..., tetapi penghidupannya tidak jua membaik, sahabatku itu mengungkapkan, "Inilah realita terbaik yang diberikan Tuhan kepadaku dan aku wajib mensyukuriNya!"
aku bengong ...
"Alhamdulillah... kesulitan demi kesulitan ini memberiku kesadaran bahwa Allah-lah Yang Mahakuasa; kepadaNya-lah kita berharap dan bergantung. Oleh sebab itu, aku tak punya pilihan kecuali beriman dan beribadah, beristighfar dan berdzikir senantiasa. Alhamdulillah... kesusahan demi kesusahan ini menybabkanku tidak lupa diri, tidak lupa waktu dan tidak lupa kepadaNya...."
masih banyak lagi yang hendak kutuliskan tentang sahabatku itu. Tetapi, mengingat waktu maghrib segera masuk, aku hendak berwudhu' dulu ....
Subhanallah....bisa yah orang kayak gitu....mana terusannya.
BalasHapusKita butuh cerita motipasi orang-orang hebat. Kadang kitapun butuh cerita seperti ini untuk mengerem hasrat yang slalu tak terpuaskan. Dan untuk merendam rasa kecewa melihat realita kehidupan yang dialaminya. Namun tidak untuk melemahkan samangat mensejah terakan keluarga. jangan memendang langit lupa bumi yang dipijak.
BalasHapusTrimakasih P.H
Sippp2..... Muantap..... :)
BalasHapusTrader Indonesia
Mantap
BalasHapus